Minggu, 06 Maret 2011

Senandung Awan

Senandung Awan

oleh Kaka's Generasi Muda pada 06 Maret 2011 jam 13:42
Awan(nama samaran), siapa yang mengira bahwa ia mempunyai kenangan pahit. Meskipun ia orangnya terbuka, tetapi dia selalu berusaha menutupi apa yang menjadi duri dalam hatinya.

Saat ia kecil, kehidupannya terbilang bahagia. Dikaruniai dengan keluarga yang lengkap dan kegembiraan bermain yang tak kenal waktu (bahkan tidak jarang ia tidur di musholla). Ia seorang anak yang cukup rajin beribadah. Ia sempat menghafal Al-Quran sampai 1 juz tetapi perjuangannya terhenti lantaran seorang gurunya(hafidz) meninggalkannya untuk pulang kampung.
Pada jenjang SD, Awan merupakan salah satu siswa tercerdas di sekolahnya. Awan bersama temannya pernah membuat buku yang sekarang entah kemana. Tapi sayangnya, ia belum diberikan kesempatan untuk menduduki ranking 1 oleh guru2nya, lantaran ia adalah anak yang cukup jahil dan pandai menipu guru. Tetapi pada saat lulus2an SD, nilai nem/rayon yang diterima Awan dari pemerintah sangat jauh tinggi meninggalkan nilai teman2nya.
Lalu beranjaklah ia ke SMP. Semasa SMP, ia mengalami perubahan drastis. Perubahan tersebut dikarenakan oleh faktor keluarganya. Keluarganya pecah dan melangkah sendiri2. Itulah yang membuat Awan menjadi remaja broken home yang dilanda depresi mental. Selama itu ia melakukan segalanya sendiri. Ia pun terkadang bergabung dengan teman2nya dijalanan. Segala pelampiasan negatif dicobanya. Hendak membuang ingatan yang lalu. Tapi, semuanya tak menemui titik terang. Hingga suatu hari ia menjadi bajing loncat(pekerjaan mencuri/menumpang dari truk ke truk) atau diJakarta biasa disebut BM(Berani Mati), dan ia terjatuh pada saat ingin naik. Tapi yang ingin ditumpanginya bukanlah truk atau kontainer, melainkan bus yang sedang berjalan. Seketika terjatuh kepalanya tepat didepan ban dari bus tersebut dan hampir saja kepalanya terlindas ban bus tersebut. Sejenak ia tegang, dan mengingat sebelumnya bahwa temannya telah tewas akibat menumpangi truk. Beberapa tahun sudah terlewatkan, dan kini Awan mulai sadar dari mimpi buruknya. Ia kini mampu mengambil makna dari apa yang dihadapinya, yaitu : "Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada hambanya yang tidak mampu menghadapinya." Awan pun menjadi mengerti bahwa dirinya mampu melewati cobaan itu semua, termasuk awal dari kerusakannya yaitu broken home. Tetapi walaupun selama SMP ia sangat jarang memegang buku dirumah(belajar) tetapi kecerdasannya tidak bisa pudar dari otaknnya. Terbukti, selama SMP Awan selalu mendapatkan ranking. Tapi sayangnya lagi2 ia belum diberi kesempatan guru2nya untuk mendapatkan ranking 1. Lantaran Awan adalah anak yang nakal dan cukup menentang peraturan. Mungkin terpengaruh oleh pergaulan yang terbiasa hidup bebas. Tetapi pada berakhirnya masa SMPnya, ia mampu menduduki nilai nem/rayon tertinggi peringkat ke-4 diantara seluruh siswa disekolahnya dan berarti ia peringkat pertama dikelasnya. Walaupun teman2nya mengejeknya karena menggunakan bocoran, tetapi pada kenyataannya bocoran itu hanyalah jebakan(entah temannya dapat dari mana). Untungnya Awan cerdas untuk membaca soalnya kembali. Disinilah akhir renungan SMPnya yang penuh frustrasi dan depresi.
Dijenjang berikutnya, SMK. Disinipun ia menunjukkan perubahan yang drastis. Sikapnya yang penuh kebebasan menjadi terhalang karena peraturan sekolah yang sangat sangat sangat ketat. Tetapi ia adalah sosok yang malu untuk menjadi pengecut, hingga ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia mampu melewati masa 3 tahun disini, apapun yang terjadi.
Suatu tamparan telak menampar kecerdasannya. Ia ranking/peringkat 26 dari 25 siswa(siswa yang telah di DropOut, nilainya lebih tinggi darinya). Ia terlalu menganggap remeh pelajaran. Ia meninggalkan sekolah selama 3 bulan untuk mengikuti PSG lebih dulu dibanding teman2nya. Ini ia lakukan untuk membantu menghemat pengeluarannya yang saat itu sedang kering. Tetapi saat kembali ia langsung dihadapkan pada ujian. Tanpa persiapan, ia dengan mentah2 menelan soal2 tersebut. Walaupun Awan tertinggal pelajaran, tetapi banyak teman2nya yang mencontek jawabannya. Entah inisiatif dari mana teman2nya mencontek jawabannya. Tetapi, ia berusaha untuk tidak menyesali nilainya. Yang ia lakukan saat ini ialah menanggung resiko atas pilihannya. Ia akan berusaha untuk menuntaskannya. Ia berfikir inilah yang terbaik untuknya, karena apabila ia mendapatkan nilai yang baik tentu tidak adil kepada teman2nya yang belajar di sekolah.
Sangat drastis perubahannya. Awan yang dulunya arogan sekarang menjadi pria yang bijaksana dan penuh kedewasaan(meskipun banyak yang bilang bahwa kedewasaannya terlalu cepat ia raih). Semua kebaikan yang telah ia capai adalah buah dari pengalaman pahitnya.

Dan sampai saat ini Awan telah membuat 2 buku puisi cinta & edukasi. Serta menembus minat pada musik dengan membuat lagu yang kini sedang beranjak ke album ke 2nya setelah album pertamanya rampung untuk ia simpan sebagai kenangan.

Ini adalah kisah nyata dari seorang narasumber yang pernah melewati hitam putihnya kehidupan.

Ditulis oleh : Eka Setiawan

http://www.layarkacaku.blogspot.com/