Sabtu, 08 Februari 2014

Ali, Mencari Jawaban

Tiba-tiba Ali pergi meninggalkan ruang aula di villa tersebut setelah menerima sertifikat beasiswa keluar negeri dihadapan para siswa satu sekolah. Entah apa yang membuatnya pergi, apakah ada keperluan khusus atau sekedar menghindar dari keramaian ini. Rasa penasaran menggelitik pikiranku. Langsung saja aku pergi membuntutinya diam-diam.

Malam itu sekolahku sedang mengadakan acara perpisahan kelas 12 di Villa kawasan Puncak. Salah satu kegiatannya adalah sambutan-sambutan dan wejangan-wejangan tidak jelas ala staf-staf sekolah. Itu yang membuat para siswa merasa jenuh. Tapi, menurut jadwal kegiatan, akan ada penyerahan hadiah berupa beasiswa kuliah keluar negeri untuk pemegang nilai UAN tertinggi diantara para siswa, dan siswa itu telah dipublikasikan namanya sebelum kegiatan ini berlangsung. Ali temanku, ialah siswa berprestasi itu.

"Kenapa lu buntutin gua ?", tanyanya kepadaku sambil membalikkan badan.
"Oh, ternyata aku tertangkap basah", ujarku dalam hati.
"lu mau kemana ?"
"ditanya kok malah balik nanya. Gua mau keatas puncak sana"
"ngapain ?"
Ali mengabaikan pertanyaanku dan pergi begitu saja. Dialah orang paling misterius yang aku kenal. Tanpa pikir panjang, aku terus mengikutinya.

Aku melihat dia duduk merebahkan kakinya dibawah hamparan langit. "oh, mungkin ini kebiasaannya", pikirku. Langsung saja aku mendekatinya dan duduk disampingnya.
"lu suka memandangi langit ya ?", tanyaku membuka suasana.
"engga"
"terus ngapain lu disini ?"
"duduk"

Jawabannya yang singkat itu membuatku sedikit kesal. Mungkin dia tidak terbiasa bergaul.

"oya... Selamat ya, lu dapat beasiswa keluar negeri. Gua harap, lu ga lupa sama gua kalo udah sukses nanti", kataku seraya melontarkan senyum sambil menepuk pundaknya.
"iya"
"oya, kenapa lu tadi pergi gitu aja dari villa ?"
"kenapa lu peduli ?"
"lho, jelas dong, lu kan teman gua"
"thanks udah menganggap gua teman"
"sama-sama"

"Entah kenapa aku menjadi merasa ada yang berbeda dengan sikapnya yang selama ini kuperhatikan. Tapi, apa yang berbeda ? Aku harus mencari jawabannya", lirihku dalam hati.

"gua tadi pergi karena kepala sekolah mulai membicarakan suatu hal tentang orang tua, dan itu yang membuat gua merasa menjadi anak yang tuli", ujarnya mengungkapkan keluh kesah.
"maksudnya ?"
Lagi-lagi dia mengabaikan pertanyaanku dan membuka tasnya. Dikeluarkannya Sunrise, jenis miras yang tergolong miras oplosan secara manual alias dicampur sendiri. Merupakan percampuran antara Vodka, Kratingdaeng, Green Sand dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Wah, sangat memabukkan minuman yang cukup mahal ini. Lalu dia meminumnya seperti orang kehausan.

Awalnya aku membiarkannya, mungkin itu caranya agar bisa tenang. Tetapi, rasa kepedulianku tak bisa tertahan melihat temanku menenangkan diri dengan cara yang salah, bahkan bukannya tenang, dia malah terbatuk-batuk mengeluarkan darah.
"weh Li, udah, cukup...!", bentakku seraya mengambil mirasnya.
"weh Ka, sini kembaliin ga...!"
"Istighfar Li, masa depan lu cerah. Ngapain lu hancurin tubuh lu dengan beginian. Inget orang tua lu Li dirumah...!"
"itu yang lu ga tau...!"
"ga tau apa...?!"

Untuk kesekian kalinya dia tidak menjawab pertanyaanku. Secara cepat dia langsung memukul wajahku dan merebut minumannya kembali. Aku yang tidak terima dipukul olehnya langsung saja kubalas pukulannya. Akhirnya kami berdua lepas kontrol dan terjadi baku hantam diantara kita. Akhirnya aku berhasil menundukannya walaupun sulit, dan juga mungkin berkat bantuan Sunrise yang telah memabukannya.
Aku langsung tersadar. "Aargh... Dia temanku, apa yang telah aku la..kukan", gumamku dalam hati.
"hahaha... Ayo pukul, pukul lagi. Kalian semua ga pernah ngerti penderitaan gua selama ini...!", ujarnya sambil nafasnya terengah-engah.
Aku mulai berusaha mengalah dan melepaskannya. Menurutku, percuma menanggapi orang yang sedang dilanda mabuk.
Dia lantas berdiri dengan sempoyongan dan berkata, "coba lu kasih tau ke gua gimana caranya menyembuhkan luka dihati ini...", sambil menunjukku dan menepuk dadanya.
Terpaksa aku menanggapinya, "berserah dirilah sama Allah, Dia Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya"

"hahaha..."
"Ya Allah, perkenalkan, aku Ali, si anak haram...! Apa Kau tahu masalahku ? Apa Kau tahu solusinya ? Engkau dimana ? Aku disini bertanya pada-Mu... Lihat bocah-bocah disana, sejak kecil dibelai mesra orang tua mereka hingga tumbuh dengan bahagia. Kenapa aku tidak ?!", lanjutnya tak karuan.
"ya Allah, Engkau lihat kan sertifikat ini...", sambil memegang dan menunjuk lembaran sertifikatnya.
"aku ga butuh ini...!", dirobek dan dibuangnya sertifikat itu.
"tunjukan padaku siapa kedua malaikat duniaku yang telah menelantarkanku...! Temukanlah aku dengan mereka...!"
Terus dan berkali-kali dia mengoceh memandangi langit dengan berdiri agak sempoyongan.
Aku kini baru mengetahui permasalahanya yang sebenarnya. Akupun hanya terdiam merenung dan entah mengapa aku sangat menjadi larut dalam lukanya.

Tiba-tiba petir bersambaran.
"oh ya Allah, Engkau menjawab pertanyaanku...", ujar Ali bahagia sambil menengadahkan kedua tangannya keatas langit.

Seketika petir menyambarnya, "duarrrrrrrrrrrr...!!!"

Aku tercengang, "Aliiiiiiiiii..!!!."

***
Saat Pemakaman

"nak..", ujar kakek-kakek tua disampingku.
"iya kek, ada apa ?", jawabku seraya menghapus air mata yang tanpa kusadari mengalir.
"apakah benar bahwa kamu orang terakhir yang bersamanya ?"
Pertanyaan itu mulai mengganggu kesedihanku.
"i..iya kek..."
"siapa namamu ?"
"Kaka..."
"kamu lihatlah nak makam disamping kanan dan kiri makamnya Ali"
"ya, saya lihat, memangnya kenapa ya kek ?"
"dua makam itu merupakan makam kedua orang tua Ali...".
Seketika aku tercengang, ternyata orang yang selama ini Ali cari telah tiada. Dan hal itu sejenak membuat otakku dipenuhi pertanyaan-pertanyaan misterius.
"Boleh tahu siapa kakek sebenarnya ?"
"Saya kakeknya Ali. Ali pernah berkata, orang yang terakhir bersamanya didunia ini merupakan orang yang spesial baginya, dan saya wakilkan penyampaian rasa terima kasihnya itu kepada kamu nak...".
Aku bingung, dan terus menerka-nerka kenapa kakek ini tidak memberitahukan Ali bahwa orang tuanya telah meninggal dunia.
"Kakek tidak memberitahukan Ali tentang hal ini karena permintaan kedua orang tuanya yang meninggal secara tidak terhormat...".
Lagi-lagi kalimatnya menusuk pikiranku. Sejenak aku terdiam lagi seraya menerka-nerka.
"Maksudnya Kek ?"
Tiba-tiba Kakek-Kakek itu telah menghilang dari sekelilingku.

Lagi-lagi, mereka keluarga yang sangat misterius...

Created By : ES
Jakarta, 01 Maret 2012

0 komentar: