Selasa, 15 Februari 2011

Meter Demi Meter Yang Dipaksakan

Meter Demi Meter Yang Dipaksakan

oleh Kaka's Generasi Muda pada 09 Februari 2011 jam 21:52
"sekali nge'gas, dua tiga mobil terlampaui", kata pepatah yg di plesetkan.

Dahulu, populasi kendaraan bermotor sangat minim. Terlebih kondisi jalan yg juga tidak mendukung. Tetapi, waktu demi waktu menunjukkan peningkatan tajam pada populasi kendaraan bermotor. Bayangkan, di Jakarta populasi kendaraan bermotor lebih tinggi dibandingkan dengan populasi manusia. Sehingga, peningkatan tajam tersebut menimbulkan efek yg negatif bagi tata ruang. Why ? Karena semakin melonjaknya peredaran kendaraan bermotor, maka semakin sempit pergerakan kendaraan dijalan. Akibatnya : terjadi kemacetan, tindak kriminalitas, kecelakaan lalu lintas, polusi udara, dll.

Kemacetan merupakan hal yg paling sering terjadi, terutama di kota2 besar. Hal ini dapat memicu dampak2 lain yg jelas merugikan. Terutama, rugi waktu. Karena para pengendara ingin lebih cepat sampai ke tempat tujuan, maka cara apapun dipakai. Seperti misalnya :
1. Lewat jalan tikus (gangan)
2. Memotong lajur arah yg berlawanan
3. Lewat jalan tol
4. Dll

Walaupun ketiga cara tersebut cukup efektif, tetapi sama saja, ujung2nya juga macet. Maka cara paling ampuh ketika menghadapi macet adalah "memaksakan celah sempit untuk melaju meter demi meter agar tidak terpaku dijalan". Wah bahaya dong, bagaimana kalau pengendara motor terjepit diantara mobil besar ? Jawabannya, "resiko". Bagaimana kalau saling bergesekan antar kendaraan sehingga membuat lecet/rusak ? Jawabannya, "resiko, jangan marah, itu mah udah biasa". Pantas saja apabila mobil angkutan umum di Jakarta (khususnya) itu "rombeng, kumel, baret2, bobrok(yg penting ongkosnya murah, hehehehe)".

"Semeter demi semeter, lama2 menjadi kilometer", kata pepatah yg di pelesetkan.
Hahahahaha ^_^

Ditulis oleh : Eka Setiawan

0 komentar: