Jumat, 03 Februari 2012

"Welcome To My Home"

"Welcome To My Home"

oleh Kaka Setiawan pada 16 Januari 2012 pukul 21:04
 
     "Welcome to My Home, Sir...", sapa anak-anak berseragam setara TK itu kepada para penumpang pesawat yang baru saja turun dari pesawat, dan kali ini ditujukan kepadaku. "Wah, yes...yes...yes...", jawabku terkagum senang sambil melontarkan senyum kepada mereka.Ternyata hari ini adalah hari kemerdekaan Singapura, pantas saja ada penyambutan seperti ini. Sambil berjalan, sejenak perhatianku tertuju kepada tulisan yang tertera dibaju bagian pundak yang dikenakan anak-anak itu. "WELCOME TO MY HOME", yang artinya selamat datang dirumahku itu mungkin merupakan prinsip warga negara Singapura dan kalimat itu juga yang selalu diucapkan mereka seolah berbangga diri. Ya, siapa yang tidak bangga menjadi warga negara Singapura yang sangat maju ini. Lalu aku mengerutkan dahi yang entah kenapa tiba-tiba terlintas dipikiranku bayangan carut-marutnya negaraku.

***
     Sesampainya diruang tunggu, aku langsung saja memilih tempat duduk yang sekiranya dapat dengan mudah terlihat oleh rekan bisnisku yang akan menjemput dibandara. Tidak jauh dari sudut ruangan ada televisi besar yang volume suaranya juga tak kalah besar dan menggangguku yang sedang ingin beristirahat sejenak. Tiba-tiba terdengar sesuatu yang menggelitik telingaku. Ku lihat acara berita ditelevisi tersebut sedang disiarkan tentang kasus sengketa tanah yang sangat rumit hingga berbuntut pertumpahan darah. Seketika aku terkejut ketika melihat layar televisi tersebut. Beberapa orang memegang spanduk yang bertuliskan, "INDONESIA TANAH AIRKU DAN INDONESIA TUMPAH DARAHKU...". Aku tercengang, lantaran pertumpahan darah itu ternyata terjadi di negaraku tercinta. Aku yang selama ini tidak pulang ke Indonesia karena kesibukanku berkeliling dunia, membuat aku lupa mengupdate berita tentang negaraku. Sejenak aku teringat, tulisan dispanduk itu bukankah prinsip masyarakat Indonesia ?

     Tiba-tiba pikiranku mengulas kejadian sewaktu turun dari pesawat tadi. Pikiranku tertuju pada kalimat, "WELCOME TO MY HOME...". Kini aku mulai larut dalam kalimat sederhana tersebut. Aku mengerti, mungkin yang dimaksud mereka adalah "mereka menganggap Singapura merupakan rumah mereka. Mungkin karena negaranya kecil. Negeri yang miskin sumber daya alamnya tapi mampu mendidik sumber daya manusianya hingga menjadi generasi yang berkualitas. Karena mereka tahu, segala sesuatu yang dimulai dari dalam rumah dengan penghuni yang harmonis akan menciptakan sosok pribadi yang berkualitas dengan cara melindungi dan mengayomi untuk siap keluar dan berkembang. Bila dirumah sendiri saja sudah terasa tidak nyaman dan tidak harmonis, bagaimana seorang anak bangsa bisa menjadi pribadi yang berkualitas ? Mungkin beberapa bisa melewatinya hingga sukses, tapi bagaimana dengan yang lemah mentalnya ? Lalu ku bandingkan dengan prinsip negaraku, "INDONESIA TANAH AIRKU DAN TUMPAH DARAHKU...". Hmmm... Pantas saja banyak terjadi sengketa tanah didalam negeri sendiri dan tidak jarang terjadi pertumpahan darah. Ini suatu persepsi yang salah dari negeriku. Mungkin negeriku harus mengcopy prinsip negara Singapura bila ingin maju dan yang paling terutama contoh keharmonisannya.

     "Hufth...", hembusan nafasku yang kembalikan kesadaranku dari lamunan. Jujur saja, ada rasa malu dalam diriku lantaran berita ditelevisi tersebut volumenya sangat keras, dan yang jadi masalahnya adalah tentang negaraku.

Langsung saja aku beranjak pergi, muak dengan kebisingan yang mengganggu istirahatku.

By : E.S — di Changi International Airport , Singapore

0 komentar: